![]() |
Potongan foto dari vidio singkat pelaku serta isi WhatsApp sebagian ancaman yang sudah di Kantongi kuasa hukumnya korban |
Sukoharjo | KompasX.com — Di era digital yang semakin maju, pertemanan melalui aplikasi kencan online kerap memberi harapan palsu. Harapan membangun hubungan justru berujung teror. Seperti yang dialami seorang perempuan asal Sukoharjo berinisial W (43), yang menjadi korban intimidasi dan ancaman bermuatan seksual dari pria yang baru dikenalnya secara daring.
Pria tersebut mengaku bernama Putra alias Hardono, warga Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Keduanya berkenalan pada 11 Juli 2025 melalui aplikasi Badoo, lalu berlanjut ke komunikasi pribadi di WhatsApp.
Alih-alih menjalin pertemanan sehat, pelaku justru menunjukkan niat tak pantas dan menjurus ke pelecehan.
Awalnya Minta KTP, Lalu Lakukan Aksi Tak Senonoh saat Video Call
Pelaku dengan halus meminta korban mengirim foto KTP dengan alasan ingin mengetahui status pernikahan. Merasa tidak ada yang mencurigakan, W mengirimkannya. Namun, tak lama kemudian pelaku mulai mendesak untuk melakukan video call.
Yang terjadi dalam panggilan video itu sungguh tak terduga. W menuturkan bahwa pelaku tiba-tiba membuka celana dan mengeluarkan alat kelaminnya, lalu melakukan onani di depan kamera tanpa peringatan atau persetujuan apa pun darinya.
“Saya benar-benar syok dan merasa dilecehkan. Saya tidak tahu kalau dia sedang merekam layar saat melakukan itu,” ujar W dengan wajah pucat dan gemetar.
![]() |
Potongan sebagian bukti percakapan pelaku yang sudah di serahkan ke kuasa hukumnya |
Yang lebih mengejutkan, tak lama setelah itu, pelaku mengancam akan menyebarkan video tersebut ke media sosial, termasuk grup Facebook 'Kabar Berita Sukoharjo Terkini', jika W tidak menuruti keinginannya.
“Dia bilang, ‘Kalau kamu nggak nurut, semua video dan foto KTP kamu akan saya sebar,’” jelas W dengan suara parau.
Trauma Mendalam: “Saya Seperti Dijebak”
Korban mengaku mengalami trauma dan tekanan psikologis berat setelah kejadian tersebut. Ia merasa seperti dijebak sejak awal, karena pelaku menggunakan rayuan lembut untuk mengambil kepercayaannya, lalu menyalahgunakannya untuk kepentingan tidak senonoh.
Aktivitas harian korban sebagai pedagang pun terganggu. Ia mengaku sering gelisah, takut membuka ponsel, dan merasa diawasi.
“Saya cuma ingin berteman. Tapi saya malah dipermalukan. Saya tidak ingin ada perempuan lain yang mengalami hal seperti saya,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Peringatan untuk Warga Sukoharjo dan Pemalang: Jangan Jadi Korban Berikutnya
Kuasa hukumnya, yang akrap disapa dengan pangilan Jhon, dari Semarang yang mendampingi W, menyebut modus seperti ini semakin marak. “Pelaku memanfaatkan aplikasi kencan untuk mengumpulkan data pribadi, lalu menekan korban secara emosional dan psikologis,” tegasnya.
Menurutnya, kasus seperti ini harus jadi alarm besar bagi masyarakat agar lebih bijak dan waspada saat menjalin komunikasi daring.
Berikut tips penting agar tidak jadi korban:
✅ Jangan pernah mengirimkan foto KTP atau data pribadi ke orang yang baru dikenal, apalagi dari media sosial atau aplikasi kencan.
✅ Tolak dengan tegas permintaan video call yang mencurigakan.
✅ Simpan semua bukti chat dan percakapan jika mulai muncul tekanan atau ancaman.
✅ Jangan takut bicara – laporkan ke keluarga, teman dekat, atau pihak yang dapat dipercaya.
✅ Jika merasa terancam, cari bantuan hukum atau perlindungan profesional.
Penutup: Lindungi Diri, Lindungi Privasi
Kejadian yang menimpa W bukan sekadar cerita pribadi, tetapi cerminan dari bahaya digital yang nyata dan bisa terjadi pada siapa saja. Pelaku mungkin menggunakan topeng ramah, tapi di baliknya menyimpan maksud jahat.
Masyarakat Pemalang dan Sukoharjo, mari lebih bijak dan kritis dalam membangun komunikasi digital. Jangan mudah tergiur oleh janji manis di balik layar. Ingat, kejahatan siber tidak selalu datang dengan wajah seram—kadang justru datang dengan senyum manis dan kata-kata manja.
Jika Anda atau kerabat pernah mengalami hal serupa, jangan diam. Suara Anda bisa jadi penyelamat bagi korban lainnya.
Laporan : Toni