Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Kenakan Pakaian Adat Jawa, Perangkat Desa dan Sesepuh Banjarwaru Ziarah ke Makam Leluhur, Naik Odong-odong!

Minggu, Juni 29, 2025 | Juni 29, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-28T18:19:07Z

 

Foto: ketika prosesi berlangsung 

CILACAP – KompasX.com _ Tradisi dan budaya kembali hidup menyatu dalam kehidupan masyarakat Desa Banjarwaru, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap. Dalam suasana penuh khidmat dan kebersamaan, para perangkat desa, tokoh masyarakat, hingga sesepuh setempat kompak mengenakan pakaian adat Jawa saat melakukan ziarah ke makam para leluhur, Jumat (27/6/2025). Namun yang membuat warga tersenyum sekaligus haru, rombongan ini memilih odong-odong sebagai moda transportasi ziarah!

Kegiatan ziarah ini merupakan pembuka dari rangkaian tradisi “memetri bumi”, sebuah bentuk penghormatan terhadap sejarah dan nilai spiritual desa. Ziarah dipimpin langsung oleh Kepala Desa Banjarwaru, Mugi Prihantono, yang tampak khusyuk memimpin doa dan tabur bunga di makam-makam para pendiri desa.

"Tujuan ziarah ini supaya warga Banjarwaru ingat akan sejarah dan perjuangan orang terdahulu. Agar kita tahu diri, dan ingat jasa orang tua kita yang telah memperjuangkan desa ini," ungkap sesepuh desa, Kuat Santoso, penuh haru.

Ziarah Suci ke Empat Makam Leluhur

Ada empat makam yang disambangi dalam ziarah ini:

Eyang Banjarsari,

Eyang Tanjungsari,

Eyang Naya Krama, dan

Mbah Wangsa Thirta Somayasa serta Mbah Putu, yang dikenal sebagai Lurah pertama Desa Banjarwaru.


Mereka adalah tokoh penting dalam sejarah berdirinya Desa Banjarwaru yang hingga kini dikenang jasanya oleh generasi penerus.


Menurut Sekretaris Desa Wahid Azis Widayanto, ziarah ini merupakan bagian dari agenda tahunan menyambut Bulan Suro (Muharram) dalam kalender Jawa dan Islam. “Setelah ziarah, kita akan lanjut dengan doa bersama, penyembelihan kerbau, resik punden, hingga pertunjukan budaya,” ujarnya.

Tiga Hari Penuh Ritual, Budaya, dan Kebersamaan

Kegiatan memetri bumi akan berlangsung selama tiga hari penuh:

Hari Pertama: Ziarah leluhur dan doa bersama dengan para ulama serta santri.

Hari Kedua: Penyembelihan kerbau, resik punden Nyi Larik dan makam lengger, dilanjutkan dengan penampilan seni dari Tembang Jiwa, demo menganyam bambu, ebeg, dan pentas budaya malam seperti karawitan anak-anak, ketoprak, dan lengger.


Hari Ketiga (Puncak): Ruwatan bumi dengan pagelaran wayang semalam suntuk. Prosesi iring-iringan tenong dari rumah adat menuju balai desa menjadi sorotan utama dalam simbolisasi syukur dan permohonan keselamatan.

“Kegiatan ini untuk menguatkan jati diri warga Banjarwaru, agar tidak tercerabut dari akar budayanya sendiri,” tutup Azis.

Dengan tradisi ini, Desa Banjarwaru tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga menyatukan seluruh elemen masyarakat dalam satu harmoni budaya yang menyejukkan hati.


📝 Laporan: Afison Manik – KompasX.com

📍 Nusawungu, Cilacap, Jawa Tengah

×
Berita Terbaru Update